GfdlTpWoGUW5TUr7GfM9GfdlGA==

Ngaku Pendidik, Tapi Guru di Bone Ini Malah Tampar Muridnya

  JELAJAH POS.WATAMPONE - Oknum guru SMPN 2 Watampone, diduga kuat melakukan penamparan terhadap anak didiknya lantaran merasa dipermalukan dihadapan siswa lainnya. Menurut siswa yang menjadi korban penamparan oknum guru, Ripda Adinda (10), yang menjadi korban penamparan yang dilakukan oleh guru Bahasa Indonesia bernama Hj Sundari terjadi pada hari Senin (18/2/2013) sekitar pukul 10.00 Wita.

Menurut pengakuan Ripda Adinda, yang juga ketua kelas II H, kalau kejadian penamparan itu bermula di saat ibu gurunya masuk kelas mau memberi pelajaran Bahasa Indonesia di kelasnya. "Setelah saya persiapkan, lalu saya minta izin sama ibu guru untuk ke wc, tetapi begitu saya kembali, siswa dalam kelas memang sudah ribut.

"Teman saya tiba-tiba berteriak pulang, begitu juga saya sambil menaikkan kedua lengan di belakang bu guru (bentuk U), tiba-tiba bu guru marah sama saya sambil melempar buku dan sepatu lalu menampar pipi sebelah kanan saya sambil membantak saya menyuruh keluar dan pulang. Saya pun pulang ke rumah. Sampai di rumah, ibu saya bertanya kenapa bisa pipi saya merah. Lalu saya ceritakan kalau saya ditampar bu guru di sekolah. Sebenarnya saya takut melapor karena siapa tau nilaiku diturunkan," ungkap Ripka Adinda

Kejadian tersebut membuat anak pasangan Suheri (41) dan Lela (38) warga Jl. Sungai Barito, Kelurahan Ta Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone mengalami memar pada pipi, serta merasa dipermalukan di hadapan siswa yang lain. Saat kejadian, katanya, mayoritas siswa mengetahui tindakan penamparan tersebut karena sedang istirahat kedua.

Ashar, keluarga korban mengungkapkan, tindakan oknum guru tersebut sangat disayangkan orang tua Ahmad Mustaqim, karena sebagai seorang pendidik tidak sepantasnya melakukan kekerasan terhadap siswanya.

"Saya tidak terima anak saya diperlakukan kayak begitu. Masa ada seorang guru bertindak sewenang-wenang. Guru itu tidak boleh main pukul seenaknya, ini bukan zaman dulu yang setiap masalah terkadang diselesaikan dengan kekerasan.  Masalah ini akan saya laporkan ke polisi," ungkap Ashar, paman Ripda Adinda.

Disisi lain, Hj Sundari mengaku kalau dia menampar Ripda Adinda karena merasa jengkel akibat dirinya merasa dipermalukan. "Dia loncat-loncat di depanku sambil berteriak "pulang", padahal dia ketua kelas. Semestinya dia memberi contoh yang baik, bukan malah memprovokasi teman-temannya untuk pulang padahal saya mau mengajar. Siapa yang tidak marah dan emosi kalau dihadapan kita loncat-loncat," kilahnya.

Sementara itu, Kepala SMPN 2 Watampone Mukhlis, menjelaskan kalau dirinya menginginkan agar setiap ada masalah dibicarakan secara baik-baik, bukan dengan emosi. "Saya maunya agar permasalahan itu diselesaikan secara kekeluargaan, mestinya jangan pergi dulu sebelum diselesaikan. Kita tidak boleh juga langsung menyalahkan guru, tetapi harus mempelajari duduk permasalahan. Penyebabnya sebenarnya dari siswa sendiri, apalagi sebagai ketua kelas yang memprovokasi teman-temannya," terangnya.bonepos

Type above and press Enter to search.