JELAJAHPOS.COM--WATAMPONE - Kepala Bagian (Kabag) Humas dan Infokom Sekertariat Daerah Kabupaten Bone Bachtiar menyayangkan sikap pemerintah pusat yang mengadakan perangkat internet ke pelosok desa di Kabupaten Bone tanpa koordinasi dengan pihak pemerintah kabupaten.
Kendati program pemerintah pusat itu sangatlah menunjang bagi warga dipedesaan dalam mengakses teknologi namun menurut Bachtiar sebaiknya pengadaan seperti itu mestinya dikomunikasikan dengan Pemkab Bone agar perawatan alat dan penggunaannya dapat maksimal.
"Sebelumnya juga ada pengadaan alat sejenis namun tidak ada laporannya ke Pemkab Bone," Ungkap Bachtiar, Kamis (13/3/2013) kepada Wartawan.
Ia menjelaskan, mestinya semua aset pemerintah yang masuk ke daerah, dikomunikasikan terlibih dahulu sehingga daerah dapat merekomendasikan desa yang layak mendapatkannya. Bachtiar menambahkan pengadaan perangkat internet ke desa tidak satupun yang diketahuinya karena data yang digunakan bukanlah data dari pemerintah kabupaten.
Sebelumnya, sebanyak delapan desa di Kecamatan Barebbo yang mendapat perangkat lunak dan seperangkat alat internet, di antaranya Desa Samaelo, Desa Parippung, Desa Wollangi, Desa Cingkang, Desa lampoko, Desa Bacu, Desa Attobaja, dan desa Cempaniga. Seperangkat lunak berupa dua set perangkat komputer dan layar 18 inci merek Lenovo lengkap dengan printer serta satu set perangkat internet dengan antena parabola. Ironisnya, perangkat internet ini tidak dapat beroperasi dengan baik karena alat itu cuman di pasang saja tanpa ada penjelasan.
Seperti yang berada di kediaman kepala Desa Samaelo bernama Lantara yang tidak mengetahui kegunaan peralatan tersebut, dia justru bingung karena si pemasang perangkat internet tidak pernah memberitahukan sebelumnya.
"Saya tidak tahu orang yang datang dan memasang ke sini karena mereka datang begitu saja tanpa memberitahukan dari mana datangnya barang ini dan tidak ada sosialisasinya kepada masyarakat,"kata Lantara.
Ia mengungkapkan kalau peralatan tersebut di bawah kerumahnya sejak dua bulan yang lalu dalam kemasan peti, si pembawa datang untuk mengoperasikan di rumah Lantara. Sementara di dinding rumah Lantara hanya terpasang papan nama yang menunjukkan keberadaan peralatan tersebut, namun tidak menjelaskan tentang fungsi peralatan tersebut bagi masyarakat dan program yang akan dicapai. Lantara juga mempertanyakan tentang pembayaran tagihan listrik, karena peralatan ini menggunakan tenaga listrik yang diambil dari rumahnya.
"Yang saya amati alat ini aktif dan padam secara otomatis, mulai jam 08. Pagi dan padam pada jam 17 sore," lanjutnya.bonepos