WALMAS, -JELAJAHPOS.COM- Unjuk rasa warga bersama mahasiswa dan pelajar di Jembatan Batusitanduk, Kecamatan Walenrang, Kabupaten Luwu terus berlangsung hingga, Senin, 11 November. Aksi protes atas tidak terakomodirnya Luwu Tengah menjadi kabupaten baru itu bahkan berlangsung rusuh, kemarin.
Kerusuhan terjadi menyusul perlawanan yang dilakukan demonstran saat aparat Brimob Kompi B Baebunta yang diturunkan Polres Luwu hendak membubarkan aksi warga. Demonstran yang merasa tertekan melakukan perlawanan dengan melempari aparat kepolisian. Tidak hanya dengan batu, tapi juga diduga ada yang nekat menggunakan bom melotov seiring adanya ledakan. Buntutnya, sejumlah aparat kepolisian mengalami luka-luka terkena lemparan.
Awalnya aksi itu berjalan normal. Namun karena sikap demonstran yang melumpuhkan arus lalulintas Trans Sulawesi itu membuat aparat keamanan hendak melakukan pembubaran paksa. Sebab, puluhan kendaraan roda dua dan roda empat tidak mampu melintas sejak pukul 12.00 Wita.
Demontran mencoba menahan tidak hanya dengan menghentikan kendaraan yang melintas tapi juga ikut mengempeskan ban kendaraan pengguna jalan. Demonstran juga memasang material kayu dan batu di tengah jalan bahkan menumbangkan sejumlah pohon pelindung yang ada di tepi jalan.
Kondisi kian memanas ketika aparat keamanan yang merasa terdesak dengan aksi para pendemo, mencoba membubarkan dengan melepaskan tembakan gas air mata dan peluru karet sekira pukul 14.30 Wita. Bukannya bubar.
Demonstran kian terpancing dan memberikan perlawanan. Buntutnya, belasan demonstran akhirnya dilarikan di puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan medis karena diduga terkena tembakan.
“Aparat harus bertanggungjawab atas adanya warga yang tertembak. Komnasham harus turun tangan. Ini sudah keterlaluan,” teriak massa saat melihat beberapa warga dilarikan ke puskesmas setempat dengan kondisi luka diduga tertembak di paha, perut, dan muka. Dua diantaranya bahkan dilarikan ke RSUD Sawerigading Palopo karena dikhawatirkan mengancam keselamatan korban.
Kepala RSUD Sawerigading Palopo, dr Rusdi yang dikonfirmasi terpisah membenarkan adanya warga yang sempat dirawat karena mengalami luka diduga tertembak. “Laporannya memang ada dua orang tapi sudah dipulangkan karena lukanya hanya di bagian paha,” ujar Rusdi.
Kapolres Luwu, AKBP Alan G Abast melalui Kasat Reskrim, AKP Abdul Muttalib yang dikonfirmasi mengaku belum mendapatkan informasi terkait insiden penembakan itu.
“Masih lumpuh di sini. Kendaraan belum melintas. Soal ada yang tertembak kami juga belum dapatkan informasi pastinya. Nanti saya cari tahu dulu,” aku Muttalib.
Unjuk rasa yang dilakukan masyarakat bersama mahasiswa kemarin itu, merupakan yang kesekian kalinya sejak mencuat informasi kalau Luwu Tengah tidak masuk dalam salah satu daerah yang akan dimekarkan pemerintah pusat dalam waktu dekat ini.
Rencananya, warga bersama mahasiswa tetap akan melakukan aksinya seiring dengan adanya korban dugaan sikap anarkisme aparat. Bahkan, demonstran mengancam akan melakukan aksi yang lebih besar lagi.
Sementara itu, Sekretaris Kabupaten Luwu, Syaiful Alam mengatakan, tidak masuknya Luteng dalam satu daerah yang akan dimekarkan di tanah air memang hal yang keliru. Sehingga, menurutnya, wajar jika masyarakat Walmas melayangkan aksi protes.
“Selama ini hanya terkendala rekomendasi Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo. Tapi kan sudah ada. Kenapa pemerintah pusat tidak mengakomodir Luteng. Kita juga sesalkan,” kata Syaiful Alam usai rapat di DPRD Luwu.
Pemerintah sebut dia, bahkan berencana akan memboyong keterwakilan masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, organisasi pemuda, dan mahasiswa ke Jakarta untuk mempertanyakan tidak masuknya Luteng dalam pembentukan kabupaten baru.
“Kita upayakan dalam waktu dekat ini dengan agenda ke DPR RI dan menteri,” janjinya.
Untuk diketahui, hingga berita ini naik cetak, arus lalulintas di Kecamatan Walenrang yang sekaligus menjadi Trans Sulawesi lumpuh total. Antrean kendaraan terlihat hingga berpuluh kilometer. Aparat kepolisian terus meneriakan ajakan ke masyarakat agar membuka jalan. ( FAJAR)
Kerusuhan terjadi menyusul perlawanan yang dilakukan demonstran saat aparat Brimob Kompi B Baebunta yang diturunkan Polres Luwu hendak membubarkan aksi warga. Demonstran yang merasa tertekan melakukan perlawanan dengan melempari aparat kepolisian. Tidak hanya dengan batu, tapi juga diduga ada yang nekat menggunakan bom melotov seiring adanya ledakan. Buntutnya, sejumlah aparat kepolisian mengalami luka-luka terkena lemparan.
Awalnya aksi itu berjalan normal. Namun karena sikap demonstran yang melumpuhkan arus lalulintas Trans Sulawesi itu membuat aparat keamanan hendak melakukan pembubaran paksa. Sebab, puluhan kendaraan roda dua dan roda empat tidak mampu melintas sejak pukul 12.00 Wita.
Demontran mencoba menahan tidak hanya dengan menghentikan kendaraan yang melintas tapi juga ikut mengempeskan ban kendaraan pengguna jalan. Demonstran juga memasang material kayu dan batu di tengah jalan bahkan menumbangkan sejumlah pohon pelindung yang ada di tepi jalan.
Kondisi kian memanas ketika aparat keamanan yang merasa terdesak dengan aksi para pendemo, mencoba membubarkan dengan melepaskan tembakan gas air mata dan peluru karet sekira pukul 14.30 Wita. Bukannya bubar.
Demonstran kian terpancing dan memberikan perlawanan. Buntutnya, belasan demonstran akhirnya dilarikan di puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan medis karena diduga terkena tembakan.
“Aparat harus bertanggungjawab atas adanya warga yang tertembak. Komnasham harus turun tangan. Ini sudah keterlaluan,” teriak massa saat melihat beberapa warga dilarikan ke puskesmas setempat dengan kondisi luka diduga tertembak di paha, perut, dan muka. Dua diantaranya bahkan dilarikan ke RSUD Sawerigading Palopo karena dikhawatirkan mengancam keselamatan korban.
Kepala RSUD Sawerigading Palopo, dr Rusdi yang dikonfirmasi terpisah membenarkan adanya warga yang sempat dirawat karena mengalami luka diduga tertembak. “Laporannya memang ada dua orang tapi sudah dipulangkan karena lukanya hanya di bagian paha,” ujar Rusdi.
Kapolres Luwu, AKBP Alan G Abast melalui Kasat Reskrim, AKP Abdul Muttalib yang dikonfirmasi mengaku belum mendapatkan informasi terkait insiden penembakan itu.
“Masih lumpuh di sini. Kendaraan belum melintas. Soal ada yang tertembak kami juga belum dapatkan informasi pastinya. Nanti saya cari tahu dulu,” aku Muttalib.
Unjuk rasa yang dilakukan masyarakat bersama mahasiswa kemarin itu, merupakan yang kesekian kalinya sejak mencuat informasi kalau Luwu Tengah tidak masuk dalam salah satu daerah yang akan dimekarkan pemerintah pusat dalam waktu dekat ini.
Rencananya, warga bersama mahasiswa tetap akan melakukan aksinya seiring dengan adanya korban dugaan sikap anarkisme aparat. Bahkan, demonstran mengancam akan melakukan aksi yang lebih besar lagi.
Sementara itu, Sekretaris Kabupaten Luwu, Syaiful Alam mengatakan, tidak masuknya Luteng dalam satu daerah yang akan dimekarkan di tanah air memang hal yang keliru. Sehingga, menurutnya, wajar jika masyarakat Walmas melayangkan aksi protes.
“Selama ini hanya terkendala rekomendasi Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo. Tapi kan sudah ada. Kenapa pemerintah pusat tidak mengakomodir Luteng. Kita juga sesalkan,” kata Syaiful Alam usai rapat di DPRD Luwu.
Pemerintah sebut dia, bahkan berencana akan memboyong keterwakilan masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, organisasi pemuda, dan mahasiswa ke Jakarta untuk mempertanyakan tidak masuknya Luteng dalam pembentukan kabupaten baru.
“Kita upayakan dalam waktu dekat ini dengan agenda ke DPR RI dan menteri,” janjinya.
Untuk diketahui, hingga berita ini naik cetak, arus lalulintas di Kecamatan Walenrang yang sekaligus menjadi Trans Sulawesi lumpuh total. Antrean kendaraan terlihat hingga berpuluh kilometer. Aparat kepolisian terus meneriakan ajakan ke masyarakat agar membuka jalan. ( FAJAR)